Pengembangan Materi

 A.    Pemilihan Materi Ajar
Materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran adalah jenis, cakupan, urutan dan perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran tersebut.

Agar guru dapat membuat persiapan yang berdaya guna dan berhasil guna, dituntut memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan pengembangan materi pembelajaran, baik berkaitan dengan hakikat, fungsi, prinsip, maupun prosedur pengembangan materi serta mengukur efektivitas persiapan tersebut.
 
Jenis – jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut :
a.       Fakta
Fakta adalah segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya.

b.      Konsep
Konsep adalah segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, dan inti/isi.

c.       Prinsip
Prinsip adalah berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antar konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat.

d.      Prosedur
Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem.

e.       Sikap atau Nilai
Sikap atau Nilai merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong- menolong, semangat dan minat belajar, dan bekerja. Contoh: Aplikasi sosiologi dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk sikap toleransi dalam menghadapi fenomena sosial yang bervariasi.[1]

B.     Prinsip-Prinsip Pengembangan Materi
Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan materi pembelajaran adalah kesesuaian (relevansi), Keajegan (konsistensi), dan kecukupan (adequacy).

a.       Relevansi atau Kesesuaian.
Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar  kompetensi dan pencapaian kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, bukan konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang lain. Contoh : kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik adalah “Menganalisis faktor penyebab pencemaran air dilingkungan tempat tinggal” (Biologi kelas VII semester 2) maka pemilihan materi pembelajaran yang disampaikan seharusnya “Referensi tentang pengertian pencemaran air, jenis-jenis bahan pencemar dalam pencemaran air, dan lain sebagainya” (materi konsep), bukan langkah-langkah mengantisipasi dan menanggulangi pencemaran air (materi prosedur).

b.      Konsistensi atau keajegan
Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik ada dua macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi dua macam. Contoh: kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik mendeskripsikan populasi dan komunitas dalam ekosistem (Biologi kelas VII semester 2), maka materi yang diajarkan juga harus meliputi deskripsi tentang populasi dan komunitas dalam ekosistem.

c.       Adequacy atau kecukupan
Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit maka kurang membantu tercapainya standar kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak maka akan mengakibatkan keterlambatan dalam pencapaian target kurikulum ( Pencapaian keseluruhan SK dan KD ).

Dalam pengembangan materi pembelajaran guru harus mampu mengidentifikasi dan mempertimbangkan hal-hal berikut :

1.      Potensi peserta didik : meliputi potensi intelektual, emosional, spiritual, sosial, dan potensi vokasional.

2.      Relevansi dengan karakteristik daerah; jika peserta didik dan sekolah berlokasi bertempat didaerah pantai, maka pengembangan materi pembelajaran diupayakan agar selaras dengan kondisi masyarakat pantai.

3.      Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik;

4.      Kebermanfaatan bagi peserta didik; pengembangan materi pembejaran diupayakan agar manfaatnya dapat dirasakan peserta didik dalam waktu yang relatif singkat setelah suatu materi pembelajaran tuntas dilaksanakan.

5.      Struktur keilmuan; mengembangkan materi pembelajaran sosiologi harus didasarkan pada struktur keilmuan sosiologi. Misalnya : mengembangkan konsep urbanisasi, jangan dimaknai secara geografis (urbanisasi artinya perpindahan penduduk dari pedesaan ke perkotaan). Seharusnya urbanisasi adalah perubahan pola pikir, bersikap, dan bertindak dari pola kehidupan masyarakat pedesaan yang tradisional menjadi pola kehidupan perkotaan yang modern, disertai dengan perubahan dalam sarana dan prasarana penunjang kehidupannya.

6.      Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; mengembangkan materi pembelajaran hendaknya selalu mempertimbangkan potensi peserta didik, kebermanfaatan bagi peserta didik, alokasi waktu, dan perkembangan peradaban dunia.

7.      Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan

8.      Alokasi waktu.[2]

C.    Langkah-langkah Penentuan Materi Pembelajaran

a.   Indentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar
Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu di identifikasi aspek-aspek keutuhan kompetensi yang harus dipelajari atau dikuasai peserta didik. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Harus ditentukan apakah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik termasuk ranah kognitif, psikomotor ataukah afektif.

§  Ranah kognitif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian.

§  Ranah Psikomotor jika kompetensi yang ditetapkan meliputi gerak awal, semirutin, dan rutin

§   Ranah Afektif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pemberian respons, Apresiasi, penilaian, dan internalisasi.

b. Indentifikasi Jenis-jenis Materi Pembelajaran.

            Identifikasi dilakukan berkaitan dengan kesesuaian materi pembelajaran dengan tingkatan aktivitas/ranah pembelajaran. Materi yang sesuai untuk ranah kognitif ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berfikir. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah kognitif adalah fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.

            Materi pembelajaran yang sesuai untuk ranah afektif ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah afektif meliputi rasa dan penghayatan, seperti pemberian respon, penerimaan, internalisasi, dan penilaian. Materi pembelajaran yang sesuai untuk ranah psikomotor ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah psikomotor tediri dari gerakan awal, semirutin, dan rutin.

            Materi yang akan dibelajarkan perlu diidentifikasi secara tepat agar pencapaian kompetensi dapat diukur. Disamping itu dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan dibelajarkan, maka guru akan mendapatkan ketepatan dalam metode pembelajarannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi, metode, media, dan sistem evaluasi yang berbeda-beda.

b.      Memilih Sumber Bahan Ajar
Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber, seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dan sebagainya.

D.    Penentuan Cakupan Dan Urutan Penyajian Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan impelementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dikelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.

§  Penentuan Cakupan Bahan Ajar

Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus memperhatikan beberapa aspek berikut:
a.       Aspek Kognitif ( fakta, prinsip, konsep, prosedur), aspek afektif, ataukah aspek psikomotor, karena ketika sudah diimplementasikan dalam proses pembelajaran makan tiap-tiap jenis uraian materi tersebut memerlukan strategi dan media pembelajaran yang berbeda-beda. Selain memperhatikan jenis materi juga harus memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materi.

b.      Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan seberapa banyak materi-materi yang dimaksudkan ke dalam suatu materi pembelajaran. Kedalam materi menyangkut rincian konsep-konsep yang terkandung di dalamnya yng harus dipelajari oleh peserti didik. Sebagai contoh, proses fotosintesis dapat diajarkan di SD,SLTP, dan SMU, juga di perguruan tinggi, namun keluasan dan kedalaman pada setiap jenjang pendidikan akan semakin luas cakupan aspek proses fotosintesis yang dipelajari dan semakin detail pula setiap aspek yang dipelajari.

c.       Kecakupan (Adequacy) Memadainya cakupan aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Misalnya, jika dalam pembelajaran dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang dampak kepadatan penduduk, maka uraian materinya mencakup.

Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang akan diajarkan terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga terjadi kesesuaian denga kompetensi dasar yang ingin dicapai.

§  Urutan Penyajian Bahan Pembelajaran.
Urutan penyajian berguna untuk menentukan urutan proses pembelajaran tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat akan menyulitkan peserta didik dalam mempelajarinya. Misalnya, materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Peserta didik akan mengalami kesulitan mempelajari pengurangan jika materi penjumlahan belum dipelajari. Peserta didik akan mengalami kesulitan melakukan pembagian jika materi perkalian belum dipelajari.

Materi pempelajari yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamnya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu: pendekatan prosedural dan hierarkis.[3]

a.       Pendekatan Prosedural
Urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah dalam melaksanakan “percobaan fermentasi Nata De Coo “. Contoh : urutan prosedural (tatacara)

Pada mata pelajaran biologi, peserta didik harus mencapai standar kompetensi “melakukan percobaan fermentasi Nata De Coco”. Agar peserta didik berhasil mencapainya,harus melakukan langkah-langkah berurutan mulai dari persiapan media starter ,penyaringan dan pendidihan air kelapa,inokulasi (pencampuran dengan starter), fermentasi (pemeraman), dan pemanenan. Produser penelitian tersebut dapat disajikan dalam materi pembelajaran sebagai berikut : Materi pembelajaran : menyusun rancangan percobaan Fermentasi Nata De Coco

Urutan materi :

§  Menentukan judul acara percobaan
§  Merumuskan tujan percobaan
§  Menentukan alat dan bahan yang diperlukan dalam percobaan
§  Menyusun cara kerja

b.      Pendekatan hierarkis
Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang berifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas kebawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.

Contoh : urutan hieraskis (berjenjang)

      Menyusun rancangan penelitian agar peserta didik mampu menyusun rancangan penelitian,peserta didik terlebih dahulu harus mempelajari konsep-konsep dasar ilmu pengetahun yang mencakup:

§  Kenyataan                                           Hipotesis
§  Fakta                                                   Generalisasi
§  Fenomena atau gejala                          Proporsi
§  Masalah                                               Potsulat
§  Data,                                                   teori, dan
§  Bukti/evidence                                    konsep
§  Asumsi,

Selanjutnya peserta didik menerapkan konsep tersebut dalam pelaksanaan penelitian.
            Contohnya, untuk dapat mempelajari persilangan Mendel baik sifat monohibrida maupun dihibrida, maka siswa harus memahami terlebih dahulu konsep/teori mengenai hukum mendel I dan II. Untuk itu, guru harus mengajarkan prinsip, barulah ke persilangan mendel,penyimpangan hukum mendel dan seterusnya.

E.     Sumber Materi Pembelajaran
Berbagai sumber materi pembelajaran atau sumber belajar dapat digunakan untuk mendukung materi pembelajaran tertentu. Penentuan tersebut harus tetap mengacu pada setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Beberapa jenis sumber belajar antara lain :

§  Buku
Buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit dapat dipilih untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Buku teks yang digunakan sebagai sumber bahan ajar untuk suatu jenis mata pelajaran tidak harus hanya satu jenis, apa lagi hanya berasal dari satu pengarang atau penerbit.

§  Laporan hasil penelitian
Laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang aktual atau mutakhir.

§  Jurnal ( penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah )
Penerbitan berkala yang berisikan hasil penelitian atau hasil pemikiran sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai hasil penelitian dan pendapat dari para ahli di bidangnya masing-masing yang telah dikaji kebenarannya.

Perlu diingat bahwa seorang guru tidak boleh hanya bergantung pada satu jenis sumber saja sebagai satu-satunya sumber belajar. Seumber belajar adalah rujukan, artinya dari berbagai sumber belajar tersebut seorang guru harus melakukan analisis dan mengumpulkan materi yang sesuai untuk dikembangkan dalam bentuk bahan ajar. Di samping itu, kegiatan pembelajaran bukanlah usaha menghantamkan ( menyelesaikan ) keseluruhan isi suatu buku, tetapi membantu peserta didik mencapai kompetensi. Karena itu, hendaknya guru mengunakan sumber belajar maupun bahan ajar secara bervariasi, untuk pengembangan bahan ajar dapat berpedoman dengan panduan pengembangan bahan ajar yang diterbitkan oleh direktorat pembinaan SMA.

F.     Strategi Penyampaian Bahan Ajar Oleh Guru dan Strategi Mempelajari Bahan Ajar Oleh Siswa

1.      Strategi Urutan Penyampaian Strategi

a.       Urutan Penyampaian Simultan

Jika harus menyampaikan lebih dari satu materi pembelajaran, maka menurut strategi urutan penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara serentak, kemudian diperdalam satu demi satu ( metode global).

b.      Strategi Penyampaian suksesif

Jika guru harus menyampaikan materi pembelajaran lebih dari pada satu, maka menurut strategi urutan penyampaian suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalam, baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula.

2.      Strategi Penyampaian Jenis-Jenis Materi.

Secara garis besar, langkah – langkah penyampaian materi pembelajaran sangat bergantung kepada jenis materi yang akan disajikan. Langkah-langkah dan strategi yang dijabarkan dalam panduan ini adalah masih dalam taraf minimal. Pengembangannya, diserahkan pada kreativitas guru,sepanjang tidak menyalahi kaidah-kaidah yang dijelaskan pada-pada poin sebelumnya.

a.       Strategi penyampaian fakta

Jika guru harus menyajikan materi pembelajaran jenis fakta (nama-nama benda,nama tempat,peristiwa sejarah,nama orng,nama lambang atau simbol, dan sebagainya.

b.      Strategi penyampaian konsep

 pembelajaran jenis konsep adalah materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar peserta didik paham,dapat menunjukkan ciri-ciri,unsur,membedakan,membandingkan, dan sebagainya.



c.       Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip

Termasuk materi pembelajaran jenis perinsip adalah dalil,rumus,hukum (law),postulat,teorema, dan sebagainya.

d.      Strategi penympaian produser

Tujuan mempelajari produser adalah agar peserta didik dapat melakukan atau memperaktekkan produser tersebut,bukan sekedar faham atau hafal.

e.       Strategi penyampaian materi aspek sikap (afektif)

Termasuk materi pembelajaran aspek sikap (afektif) menurut Bloon(1978) adalah pemberian respons,penerimaan suatu nilai,internalisasi,dan penilaian. Beberapa strategi mengajarkan materi aspek sikap antara lain: penciptaan kondisi, pemodelan atau contoh,demonstrasi,simulasi,penyampaian ajaran.

3.      Strategi belajar

Ditinjau dari sisi guru, perlakuan ( treatment ) terhadap materi pembelajaran berupa kegiatan guru menyampaikan atau membelajarkan kepada peserta didik (teaching activity). Sebaliknya, ditinjau dari sisi peserta didik, perlakuan terhadap materi pembelajaran berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran ( learning activity ).

Secara khusus dalam belajar,kegiatan peserta didik dapat di kelompokkan menjadi menghafal,menggunakan,menemukan dan memilih. Penjelasan dan contoh berikut adalah minimal. Guru dipersilahkan melakukan pengembangan disesuaikan dengan metode-metode lebih mutakhir yang dimiliki:

§  Menghafal

Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal herbal(remember verbatim) dan menghafal parafrase (remember parafrase). Menghafal verbal adalah menhafal persisi apa adanya. Terhadap maeri pembelajaran yang memang harus di hafal persis seperti apa adanya, misalnya nama latin, nama tempat, nama zat,lambng,peristiwa sejarah, nama-nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya. Sebaliknya ada juga materi pembelajaran yang tidak harus dihafal persis seperti apa adanya tetapi dapat diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal parafrase). Penting peserta didik paham atau mengerti, misalnya paham inti dari metabolisme, dan sebagainya.

§  Menggunakan/Mengaplikasi

Materi pembelajaran setelah dihafal atau dipahami kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi dalam proses pembelajaran peserta didik perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan, menerapkan atau mengaplikasi materi yang telah dipelajari.

§  Menemukan

Penemuan disini adalah menemukan cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari. Menemukan, merupakan hasil belajar tingkat tinggi.

§  Memilih

Memilih disini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan dengan memilih di sini adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.

G.    Karakteristik Pendidikan Agama Islam

Azizy mengemukakan bahwa esensi pendidikan yaitu adanya proses transfer nilai, pengetahuan dan keterampilan dari generasi tua ke generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu ketika menyebut pendidikan agama Islam, maka akan mencakup dua hal:

    mendidik siswa untuk berprilaku sesuai dengan nilai – nilai atau akhlak Islam;
    mendidik siswa–siswi untuk mempelajari materi ajaran Islam–subjek berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.

Ada beberapa kritik tentang pola pendidikan agama secara umum. Bahwa pendidikan agama biasanya identik dengan hal-hal sebagai berikut:

    lebih mengedepankan pada teknik menghafal
    lebih ditekankan pada hubungan formalitas antara hamba dengan Tuhan
    kurangnya penekanan pada penghayatan nilai–nilai agama

Memang pola pembelajaran tersebut bukanlah khas pola pendidikan agama. Pendidikan secara umum pun diakui oleh para ahli dan pelaku pendidikan negara kita yang juga mengidap masalah yang sama. Masalah besar dalam pendidikan semantara ini adalah kuatnya dominasi pusat dalam menyelenggarakan pendidikan sehingga yang muncul uniform–sentralistik kurikulum, model hafalan dan monolog, materi ajar yang banyak, serta kurang menekankan pada pembentukan karakter bangsa.

Mata pelajaran pendidikan agama Islam itu secara keseluruhannya dalam lingkup Al – Qur’an dan Al – hadits, keimanan, akhlak fiqih/Ibadah dan sejarah sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, mahluk lainnya maupun lingkungannya (hablun minallah wa hablun minannas).[4]

Ruang lingkup materi PAI di dalam kurikulum 1994 sebagaimana dikutip oleh Muhaimin pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok, yaitu: Al-Qur’an-Hadist, keimanan, syari’ah, ibadah, muamalah, akhlak, dan tarikh. Pada kurikulum tahun 1999 dipadatkan menjadi lima unsur pokok, yaitu: Al-Qur’an, keimanan, akhlak, fikih dan bimbingan ibadah serta tarikh yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.[5]

KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, dalam pengembangan materi pembelajaran dibutuhkan kemampuan dan keberhasilan guru merancang materi pembelajaran, yang dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran adalah jenis, cakupan, urutan dan perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran tersebut.

Berdasarkan yang kami baca bahwa karakteristik Pendidikan Agama Islam yaitu :  1. mendidik siswa untuk berprilaku sesuai dengan nilai – nilai atau akhlak Islam; 2. mendidik siswa–siswi untuk mempelajari materi ajaran Islam–subjek berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.

Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakuakan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

[1] Direktorat Pendidikan Menengah Umum. 2001

[2] NurlitaLestariani. telaah kurikulum Rambu-Rambu Pemilihan DanPemanfaatan Bahan Ajar”. 2009.

[3] Sundiawan. KTSP: PEMILIHAN BAHAN AJAR.2008.

[4] E. Mulyasa, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2005).

[5] www.www.smkdarunnajah.sch.id, www.arminaperdana.blogspot.com

No comments:

Post a Comment